Pontianak, KALBAR (SK) – Jejak sejarah dan ikatan leluhur kembali dipertautkan dalam silaturahmi lintas negara yang digelar Yayasan Persaudaraan Bugis Melayu bersama rombongan rumpun Melayu dari Malaysia, Rabu (24/12/2025). Pertemuan ini menjadi ruang perjumpaan budaya, sejarah, dan nilai spiritual yang menegaskan bahwa Bugis dan Melayu adalah satu rumpun yang dipersatukan oleh warisan leluhur, agama, dan peradaban.
Caption:
Ketua Umum Yayasan Persaudaraan Bugis Melayu, Daeng Fitrah, saat menggelar silaturahmi dengan rombongan rumpun Melayu dari Malaysia, Rabu (24/12/2025). Foto. Ist. (SK)
Kegiatan tersebut dihadiri Ketua Umum Yayasan Persaudaraan Bugis Melayu Daeng Fitrah, Ketua Pengurus Daerah Kota Pontianak Mardiansyah, Ketua Pengurus Daerah Kubu Raya Kamaruddin, Penasehat Yayasan H. Haliram, Raja Simpang Gusti M. Hukma, tokoh masyarakat H. Mohdar, serta tamu undangan dari berbagai daerah di Kalimantan Barat.
Ketua Umum Yayasan Persaudaraan Bugis Melayu, Daeng Fitrah, menegaskan bahwa pertemuan ini bukan sekadar kunjungan budaya, melainkan ikhtiar merawat persaudaraan yang telah terjalin sejak masa nenek moyang Bugis dan Melayu.
“Ini bukan pertemuan biasa. Ini adalah upaya menjaga hubungan darah, sejarah, dan peradaban yang telah hidup ratusan tahun. Bugis dan Melayu sejatinya tidak terpisahkan, meski hari ini dibatasi oleh garis negara,” ujar Daeng Fitrah.
![]() |
| Caption : Yayasan Persaudaraan Bugis Melayu gelar Silaturahmi dengan rumpun Melayu dari Malaysia, Rabu (24/12/2025). Foto. Ist. (SK) |
Daeng Fitrah menjelaskan, Yayasan Persaudaraan Bugis Melayu saat ini telah terbentuk di 12 kabupaten/kota di Kalimantan Barat, di antaranya Pontianak, Kubu Raya, Bengkayang, Singkawang, Sambas, Ketapang, Kayong Utara, Sanggau, dan Sintang. Pada April mendatang, yayasan ini berencana menggelar deklarasi dan pelantikan kepengurusan di 14 kabupaten/kota yang akan dipusatkan di Pendopo Gubernur Kalimantan Barat.
“Kami ingin Bugis Melayu menjadi simbol pemersatu, bukan sekat. Kalimantan Barat harus terus dibangun dengan semangat kebersamaan, sejalan dengan nilai NKRI: berbeda-beda tetapi tetap satu,” tegasnya.
![]() |
| Caption : Sesi Foto bersama rombongan rumpun Melayu dari Malaysia, dengan Yayasan Persaudaraan Bugis Melayu, Rabu (24/12). Foto. Ist (SK) |
Perwakilan Malaysia, Nurul Zayani binti Yahya dan Abdul Halim bin Muhamed, menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat masyarakat Kalimantan Barat. Mereka menilai pertemuan ini sebagai kebangkitan kembali jaringan persaudaraan rumpun Melayu yang telah terbangun sejak masa kesultanan dan peran ulama terdahulu.
“Rumpun Melayu terbentang luas dari Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Jawa hingga Semenanjung dan Brunei. Kita dipersatukan oleh agama, budaya, dan sejarah perjuangan yang sama,” ungkap Abdul Halim.
Wakil Ketua Umum Yayasan Persaudaraan Bugis Melayu, Long Andri, menilai kunjungan ini memiliki potensi besar sebagai pintu masuk kerja sama budaya dan pariwisata antar negara.
“Silaturahmi ini bukan hanya soal nostalgia sejarah, tetapi juga peluang masa depan untuk memperkenalkan budaya dan pariwisata Kalimantan Barat di tingkat regional,” ujarnya.
Sementara itu, Atuh Yani, Sekretariat Syaikh Jumadil Kubra, menegaskan bahwa kunjungan lintas negara seperti ini penting untuk menjaga kesinambungan sejarah, budaya, dan nilai spiritual rumpun Melayu agar tetap hidup di tengah perubahan zaman.
Silaturahmi ini mengusung semangat “Bersatu dalam Budaya”, menegaskan bahwa perbedaan wilayah dan negara bukan penghalang persaudaraan, melainkan kekayaan yang memperkuat jalinan kebersamaan bangsa-bangsa serumpun.
Penulis : Fredi
Editor: Redaksi SK


0Komentar