Pontianak, KALBAR, (SK) – Aliansi Wartawan Indonesia (AWI) Kota Pontianak menyatakan keprihatinannya atas maraknya aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) dan peredaran rokok ilegal di Kalimantan Barat. Ketua AWI Kota Pontianak, Budi Gautama, menyebut praktik-praktik tersebut tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga merugikan negara dan masyarakat.Caption : Budi Gautama Aliansi Wartawan Indonesia (AWI) Kota Pontianak. Foto. Ist. (SK).
“Terlepas itu milik siapa, mau AS atau SB, faktanya PETI telah menghancurkan lingkungan, merusak tatanan kehidupan, merugikan negara, dan tidak memberikan kontribusi nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD),” kata Budi kepada saungkreasi.com, Sabtu (21/6).
AWI menyoroti kasus penangkapan 47 batang emas yang mereka duga sebagai bagian dari persaingan terbuka dua kelompok besar dalam bisnis tambang ilegal. Menurut Budi, sebelum penggerebekan terjadi, kedua pihak saling membocorkan informasi lewat jaringan masing-masing terkait lokasi PETI dan penyimpanan emas curian.
“Ini seperti perebutan kursi Raja Emas Ilegal Dapil Kalbar. Siapa yang kuat beking-nya, itu yang menang. Tapi yang membelot atau pilih jual ke pihak lain, sudah bisa ditebak nasibnya,” tudingnya.
Budi, yang telah lebih dari dua dekade bergelut di dunia jurnalistik, juga menyoroti lemahnya pengawasan aparat penegak hukum terhadap peredaran rokok ilegal tanpa pita cukai di wilayah itu. Ia menyebut kerugian negara dari sektor ini mencapai miliaran rupiah.
“Masuknya rokok ilegal ini selain merugikan negara dari sisi pajak, juga menunjukkan kegagalan aparat dalam menahan laju distribusinya,” kata Budi.
AWI Kota Pontianak berencana melakukan audiensi ke Kapolri dan Kejaksaan Agung melalui AWI Pusat. Tujuannya adalah membahas serius berbagai persoalan laten yang rutin muncul di Kalimantan Barat, khususnya praktik ilegal yang merusak sendi-sendi hukum dan ekonomi masyarakat.
Di tengah situasi tersebut, Budi mengimbau para jurnalis agar tetap solid dan tidak mudah terintimidasi. Ia menekankan pentingnya menjaga kekompakan, tidak mudah diadu domba, serta meningkatkan koordinasi sesama wartawan dan aparat keamanan.
“Kami tidak bermaksud menggurui. Tapi wartawan harus bersatu, terutama menghadapi intimidasi yang kian marak. Ingat, ini soal keberlanjutan profesi dan integritas,” tutupnya.
Narasumber : Budi Gautama
Editing : Dani 74
0Komentar